Senin, 16 November 2009

RAKYATKU MALANG....

MENJUAL PENDERITAAN RAKYAT

Jika melewati tanggul lumpur lapindo, pasti semua orang akan menghirup gas yang dikeluarkan dari semburan lumpur. Aku yang tidak setiap hari melewati sepanjang jalan daerah siring menuju tol bergegas menutup hidung karena hidungku ttidak bisa menerima begitu saja bau gas tersebut.
Saat siang hari,aku menaiki bison menuju porong untuk menghindari macet pasti sopir bison itu mencari jalan alternatif di depan tanggul lumpur, disebelah itu ada alat yang digunakan untuk menampung gas.
Aku saja yang seminggu sekali melewati jalan tersebut. Merasa tersiksa dengan gas tersebut. Apalagi dengan orang-orang yang setiap hari berada di sekelilingnya. Mudah-mudahan mereka baik-baik saja tidak terkena penyakit yang membahayakan bagi tubuh mereka.
Kita bisa rasakan dan bisa lihat minimnya tanaman yang berfungsi sebagai penyerap gas CO2, kemudian ditambah lagi bau gas belerang yang sangat menyengat dihidung. Mungkin saya bukan dokter yang akan memfonis penyakit orang-orang yang berada di sekitar Lumpur lapindo, apalagi orang-orang yang berjualan di jalan-jalan. Tubuh yang hitam akibat sengatan matahariseolah-olah meberitahukan pada kita semua bahwa mereka bekerja dengan sungguh demi kehidupannya. Kembali ke gas belerang dan CO2, gas belerang yang diserap berlebihan dapat mengakibatkan kematian demikian juga CO2, dengan kata lain segala sesuatu yang diserap secara berlebihan akan menjadi penyakit karena tubuh kita menolaknya. Tiga tahun telah berlalu, masalah Lumpur lapindopun belum usai, mereka masih terus berjuang, seolah-olah mereka tak mengenal lelah demi menegakkan keadilan. Mereka adalah korban kapitalisme, menghallalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Kita semua tahu yang kaya adalah pemodalnya, bukan masyarakat sekitarnya. Di saat kerugian yang diderita olah korban lumpur lapindo akibat ulah kaum kapitalisme, mereka menginginkan bencana ini menjadi bencana nasional agar bisa terhindar dari ganti rugi yang diderita oleh korban lumpur lapindo.
Kau tahu kawan, kebiasaan di negeri ini adalah jika suatu perusahaan memiliki keuntungan besar, mereka mengatakan itu adalah hasil jerih payahnya sendiri, tetapi jika terjadi kerugian besar bahkan hamper bangkrut mereka menyuruh negara yang membayarnya misalnya bank-bank swasta yang seringkali kita dengar, ketika pailit pasti negara yang akan berusaha melunasinya. Jika negara yang disuruh membayar kerugian yang diderita suatu perusahaan, itu sama halnya, rakyatlah yang disuruh menanggung kerugian tersebut. Lucu bukan keadaan negara kita yang tercinta ini, orang lain yang menderita kerugian, tapi rakyat yang menanggung itu semua termasuk orang-orang miskin. Jika raktyat miskin yang membuat kerugian, siapa yang akan membantu membayar hutang-hutang mereka, negara kah?
Tepat tanggal 14 juni 2009 nanti Capres-Cawapres Mega-Pro berencana mendeklarasikan dirinya di daerah lumpur lapindo. Mereka ingin menunjukkan rasa kemanusiannya di sana dan sebagai tekad untuk mengakhiri penderitaan korban lumpur lapindo. Saat ini mereka bertekad mengakhiri penderitaan korban Lumpur lapindo. Pertanyaannya adalah mengapa tidak dari dulu tekad itu dibulatkan. Aneh memang negara kita ini, untuk menolong orang lain bebas dari penderitaannya saja harus menjadi pejabat dulu. Mengapa trik ini masih digunakan saja, padahal sudah banyak caleg yang menggunakan trik ini untuk menarik masa, tapi ketika caleg-caleg itu tidak menang mereka seolah-olah melupakan janji-janjinya untuk korban Lumpur lapindo. Semoga tekad itu benar-benar terlaksana, tidak hanya ketika menjadi CAPRES ataupun CAWAPRES, tetapi ketika tidak menang pun tekad ini harus terus dilaksanakan.
SBY-JK, saat mendeklarsikan diri menjadi CAPRES-CAWAPRES pada pemilu 2004 lalu, menggunakan rumah kecil di Kota Bandung yang mencitrakan kehidupan orang miskin, tapi lihatlah pada pemilu 2009 ini, pendeklarasian SBY-Boediono di lakukan di Kota Bandung juga, tetapi terkesan sangat mewah dibandingkan deklarasi pemilu 2004 lalu. Kelihatannya, trik ini akan dicontoh oleh pasangan Mega-Pro untuk menarik simpati rakyat. Semoga sukses di pemilu ini. Mudah-mudahan saat deklarasi berlangsung tidak membuat jalan sekitar lumpur macet, karena itu merepotkan pengguna jalan tersebut. Kebiasaaan seorang pejabat saat kunjungan adalah memacetkan jalan, jalan sudah macet jadi macet lagi. Menang kalah adalah hal biasa dalam suatu perlombaan, apapun hasilnya nanti, semoga tekad mereka tidak berhenti disitu saja yang akan menjadi angan-angan belaka. Selamat berjuang.

Tidak ada komentar: