"Birul Walidain" yaitu ihsan atau berbuat baik dan bakti kepada orang tua dengan memenuhi hak-hak kedua orang tua serta menaati perintah keduanya selama tidak melanggar syariat.
Mengapa ini semua harus kita lakukan, karena pada umumnya
tidak ada satu orang tua pun yang meminta kepada anak-anaknya untuk mengucapkan
rasa terima kasih kepada mereka. Merek hanya menginginkan, agar kita mau
mengerti tentang mereka.
Ini adalah bentuk, agama Islam yang
Humanis, memanusiakan manusia. Banyak orang sekarang meletakkan
orang tuanya pada panti-panti jompo, padahal dulu masih kecil, kita diasuh
dengan baik, giliran orang tua ingin diasuh oleh kita, kita lari dari mereka. Ada
budaya tertentu yang membuang orang tuanya, karena orang tuanya sudah tua,
merepotkan. Islam mengajarkan pada kita, agar memuliakan orang tua kita, Karena
beliau sangat berjasa dalam kehidupan kita, selama 25 tahun kita diurus mereka,
hanya karena orang tua kita sudah tua, tidak bisa apa-apa lagi kita tidak mau
mengurus mereka, padahal waktu untuk mengurus orang tua kita, tidak selama orang
tua kita mengrus kita.
Aku melihat gerak-gerik anakku mulai dari umur 0 sampai 2
tahun saat ini, mengajarkan padaku kesabaran yang sangat tinggi. Sungguh beruntung,
aku memiliki ibu yang dengan sabar mengajariku saat setelah aku melahirkan,
bagaimana cara merawat bayi dengan baik dan benar. Pada dasarnya, aku adalah
tipe orang yang tidak sabara dalam mengurus sesuatu dengan ribet, aku inginnnya
yang praktis-praktis aja, biar cepat selesai. Namun itu akan berpengaruh pada
bayiku.
Ketika anakku menangis karena haus atau karena popoknya
basah, sungguh menguji kesabaran yang ekstra sebelum menikah dan punya anak,
tidurku tak ada yang mengganggu dan kini setelah aklu merasakan jadi ibu,
serasa waktu tidurku sangat kurang. Bangun terlalu pagi dan tidur setelah sholat
isya’. Itu pun mtengah malam juga masih direpotkan dnegan anakku yang meminta
jatah ASI-nya padaku, dan otomatis ASI yang sudah diminumnya membuat perutku
terasa lapar di malam hari dan menyuruhku untuk segera amakan, agar nanti akalu
anakku haus lagi, ASI sudah tersedia.
Suamiku, waktu tidurnya juga menjadi berkurang karena ada
bayi mungil di tengah-tengah kami, kami bekerja sama demi kenyamanan tidur bayi
kami. Aku jadi sadar, bahwa Allah SWT tidak pernah salah, dalam mengajarkan
kita di dalam Al-Qur’an, bahwa kita harus berbakti pada orang tua, karena
begitu besar perjuangannya dalam menjaga amanah Allah SWT, agar kelak bisa
menjadi hamba Allah SWT yang Sholeh ataupun Sholihah.
Saat aku hamil, tubuh menjadi lemas, kepala pusing terasa
berkunang-kunang, rasa kantuk terus menyerang, tidak bisa bebas bergerak,
frekuensi ke kamar mandi terus meningkat dibandingkan biasanya dan frekuensi
makan juga meningkat demi pemenuhan kebutuhan gizi sang janin. Murrotal Al-Qur’an
juga tersu kami perdengarkan agar kelak di dunia dia bisa mengamalkan Al-Qur’an
dengan baik. Seiring bertambahnya usia kandungan, setiap bulannya pasti ada
tantangannya sampai umur 9 bulan 10 hari, janin waktunya keluar, membuat tambah
hebat sakitnya tubuh.
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapak, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu." ( QS. Al-Luqman : 14)
Ketika bayi sudah keluar, alangkah bahagianya kami,
Alhamdulillah Allah SWT memberi kebahagiaan yang tiada tara pada Kami. Mungkin,
ini juga yang dirasakan oleh kedua orang tuaku, saat mereka mendapatkan aku
terlahir di dunia. Subhanallah Masya Allah, ketika suasana ini aku, tarik lagi
kebelakang, aku menjadi kagum pada orang tuaku yang begitu hebat mendidik
anak-anaknya sampai besar. Kebahagiaan ini, pasti tidak hanya orang tuaku saja
yang merasakan, semua orang pasti merasakannya. Empat hari dirumah sakit, rasa
bahagia terus mengahmpiriku, seolah-olah lupa dengan rasa sakit yang aku
rasakan kemarin. Allah SWT mengganti kesusahan pada kami dengan kebahagiaan.
Anda-anda yang belum menikah, pasti asih membaca teori saja,
namun kita bisa merasakan ini semua jika kita mau memposisikan diri kita
menjadi orang tua kita, siang malam terus memperjuangkan hidup kita. Di dalam
do’a-do’anya selalu memintakan kebahagiaan untuk kita, terkadang kita berbuat
asusila pada orang tua kita dengan keadaan sadar maupun tidak.
Saat, anak saya rewel minta digendhong dan tidak mau
turun, mengingat tubuhnya sudah berat, jika digendhong terlalu lama sungguh
menyiksa pundak, maka saya teringat, apakah kita sebagai anak akan mampu
menggendong orang tua kita, seperti kita dulu kalau rewel pada orang tua kita. Saya
rasa tidak semua anak yang akan mampu menggendhong orang tuanya saat mereka
sudah tidak mampu lagi berjalan. Ketika saya merasa direpotkan oleh anak kita,
maka saya selalu memposisikan sebagai orang tuaku yang mengasuh aku, dengan
tanpa lelah, maka aku bisa belajar bersabar dengan posisi itu, tentunya dengan
niatan karena Allah SWT. Maka aku terus beristighfar, untuk meminta mapun pada
Allah SWT, jikalau dahulu masih menjadi tanggungan orang tuaku dulu selalu
membuat dosa pada orang tuaku.
"Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihinilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." ( QS. Al-Isra ( 17) : 24 )
Banyak hal di dalam kehidupan kita, sebagai bentuk terima
kasih kita kepada orang tua kita, orang tua kita tidak sekedar butuh uang, tapi
mereka juga butuh kasih sayang kita. Sama seperti anak kecil yang tidak butuh
dengan uang kita, walaupun kita bekerja sampai tidak tidur, atpi mereka
membutuhkan kasih sayang kita sebagai orang tua. Uang sangat penting dalam
hidup kita, tapi lebih utama dan terpenting adalah kasih sayang orang tua
terhadap anak.
Ketika anak-anak sudah beranjak dewasa,kemudian bekerja dan
menikah yang memiliki keluarga sendiri. Saatnyalah orang orang tua kita
membutuhkan kasih sayang kita, mereka ingin diperhatikan seperti dulu mereka
memperhatikan kita. Jika kita bisa datang satu minggu sekali, menjenguk orang
tua kita, maka saatnyalah kita curahkan sepenuhnya kasih sayang kita pada
mereka. Mendengarkan curhatnya, memijat, menyapukan rumahnya, mencucikan
bajunya atau mengerkana pekerjaan rumah yang tidak bisa setiap hari kita
lakukan. Mereka akan cukup merasa bahagia dengan kedatangan kita, karena mereka
merasa kita perhatikan.
Untuk melakukan birul
walidain tidaklah sulit, semuanya bisa kita lakukan dengan niatan untuk
beribadah kepada Allah SWT. Orang tua kita dulu, juga tidak pernah sulit dalam
membahagiakan kita anak-anaknya, karena mereka juga berniat beribadah kepada
Allah SWT. Jika sesuatu diniatkan beribadah kepada Allah SWT, maka semuanya
akan terasa ringan, tidak ada yang berat, asalkan kita bisa selalu menjaga hati
kita.
"Janganlah kamu mempersekutukan seseuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang tua ibu bapak, ( QS. Al-An'am : 151)
Raihlah kebahagian dunia akhirat dengan membahagiakan kedua orang
tua kita, jika masih hidup berilah perhatian yang cukup, agar mereka tidak
merasa kita sisihkan dari kehidupan kita, dan jika sudah meninggal do’akanlah
mereka selalu dan sambunglah silaturahmi saudara, dan teman kedua orang tua
kita.
Wallahua’lam bishowab.