Minggu, 30 Januari 2022

JIHAD PEREMPUAN

 

Salah satu jihad perempuan adalah hamil, melahirkan, menyusui dan mendidik anak. Ketika seorang perempuan hamil, mereka berusaha keras untuk memperjuangkan kondisi tubuhnya agar bisa tetap makan walaupun makanan itu terkadang keluar lagi dari perut mereka, tapi mereka tidak berputus asa dalam memperjuangkan kehamilannya.

Mereka menginginkan bisa melihat janin di dalam rahimnya bisa keluar dari rahim mereka dengan kondisi anaknya sehat wa afiat, tidak kurang satu apapun. Saat proses melahirkan mereka berjuang dengan segala resikonya, merasakan sakit yang begitu hebat, mereka berjuang keras mengeluarkan anaknya, ada yang berjuang melalui jalan lahirnya dan ada yang melahirkan di meja operasi. Melahirkan dengan operasi juga penuh tantangan, karrena saat operasi kondisi kita harus bebar-benar sehat agar bisa dioperasi, setelah keluar dari kamar operasi, mereka berjuang untuk bisa bangun dari tempat tidurnya agar bisa menyusui anaknya. Melahirkan dengan operasi, proses penyembuhannya agak lama, namun mereka masih bisa tersenyum karena status mereka sudah menjadi ibu.

Ibu yang telah berhasil melewati masa sulit, saat hamil dan melahirkan. Kini tantangan berikutnya adalah berjuang untuk sehat dan bisa menyusui anaknya, agar anaknya tidak kelaparan, maka ibu berjuang untuk bisa makan, walaupun terkadang setelah operasi masih terasa mual, sehingga mengganggu proses menyusui. Mereka pun berjuang untuk menghilangkan rasa mual dengan sebutir obat dan terus mengisi perutnya dengan makanan bergizi agar anaknya juga bisa memperoleh ASI yang berkualitas.

Di saat sang bayi ingin tidur di atas gendhongan ibunya, karena tidak mau tidur di kasur, ibu berjuang menegakkan punggungnya agar bisa menggendong terus bayinya dan sesekali anaknya di peluk sambil disusui karena punggung ibu merasa lelah. Saat ibu ingin ke kamar mandi, seolah bayi menangis tanda ia tidak mau sendirian, ibu pun dengan tergesa-gesa masuk kamar mandi agar bisa cepat keluar dari kamar mandi, sehingga anaknya tidak menangis lagi, digendhongnya kembali bayi itu. Ia pun menghentikan tangisannya karena ibu sudah menggendhongnya, begitu susah menjadi ibu yang baru melahirkan, ini adalah bentuk perjuangan ibu yang menyayangi anaknya, selama dua tahun, ibu berjuang agar bisa menyusui anaknya sambil menjadi guru bagi anaknya.

Ketika susahnya menyusui bayiku dan lelahnya menggendhong bayiku, saya pun teringat dengan lelahnya ibuku saat aku masih bayi, sambil meneteskan air mata, saya beristighar dan memanjatkan do’a untuk bapak dan ibuku. “Rabbigh firli wali-wali dayya war hamhuma kama robbayani shoghiro”. Aamiinn.

Seharusnya kita sebagai anak yang masih mempunyai bapak dan ibu, tidak menyia-nyiakannya karena perjuangan mereka sangat berarti bagi kita anak-anaknya, sejelek apapun orang tua kita, mereka adalah orang tua kita, tidak perlu kita mencari-cari kekurangan orang tua kita, agar kita tidak merawatnya saat mereka mulai sepuh. Mereka membutuhkan bantuan kita untuk merawatnya. 

Hidup ini adalah siklus saling memberi dan menerima, ada saatnya kita menerima kebaikan dari orang tua kita dan ada saatnya ppula orang tua menerima kebaikan dari kita. Saling menyayangi karena Allah adalah cara terbaik bagi kita agar tidak ada rasa saling kecewa.