Senin, 24 Juni 2013

"BIRUL WALIDAIN" BENTUK TERIMA KASIH KITA PADA ORANG TUA KITA

"Birul Walidain" yaitu ihsan atau berbuat baik dan bakti kepada orang tua dengan memenuhi hak-hak kedua orang tua serta menaati perintah keduanya selama tidak melanggar syariat.
Mengapa ini semua harus kita lakukan, karena pada umumnya tidak ada satu orang tua pun yang meminta kepada anak-anaknya untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada mereka. Merek hanya menginginkan, agar kita mau mengerti tentang mereka.

Ini adalah bentuk, agama Islam yang Humanis, memanusiakan manusia. Banyak orang sekarang meletakkan orang tuanya pada panti-panti jompo, padahal dulu masih kecil, kita diasuh dengan baik, giliran orang tua ingin diasuh oleh kita, kita lari dari mereka. Ada budaya tertentu yang membuang orang tuanya, karena orang tuanya sudah tua, merepotkan. Islam mengajarkan pada kita, agar memuliakan orang tua kita, Karena beliau sangat berjasa dalam kehidupan kita, selama 25 tahun kita diurus mereka, hanya karena orang tua kita sudah tua, tidak bisa apa-apa lagi kita tidak mau mengurus mereka, padahal waktu untuk mengurus orang tua kita, tidak selama orang tua kita mengrus kita.

Aku melihat gerak-gerik anakku mulai dari umur 0 sampai 2 tahun saat ini, mengajarkan padaku kesabaran yang sangat tinggi. Sungguh beruntung, aku memiliki ibu yang dengan sabar mengajariku saat setelah aku melahirkan, bagaimana cara merawat bayi dengan baik dan benar. Pada dasarnya, aku adalah tipe orang yang tidak sabara dalam mengurus sesuatu dengan ribet, aku inginnnya yang praktis-praktis aja, biar cepat selesai. Namun itu akan berpengaruh pada bayiku.
Ketika anakku menangis karena haus atau karena popoknya basah, sungguh menguji kesabaran yang ekstra sebelum menikah dan punya anak, tidurku tak ada yang mengganggu dan kini setelah aklu merasakan jadi ibu, serasa waktu tidurku sangat kurang. Bangun terlalu pagi dan tidur setelah sholat isya’. Itu pun mtengah malam juga masih direpotkan dnegan anakku yang meminta jatah ASI-nya padaku, dan otomatis ASI yang sudah diminumnya membuat perutku terasa lapar di malam hari dan menyuruhku untuk segera amakan, agar nanti akalu anakku haus lagi, ASI sudah tersedia.
Suamiku, waktu tidurnya juga menjadi berkurang karena ada bayi mungil di tengah-tengah kami, kami bekerja sama demi kenyamanan tidur bayi kami. Aku jadi sadar, bahwa Allah SWT tidak pernah salah, dalam mengajarkan kita di dalam Al-Qur’an, bahwa kita harus berbakti pada orang tua, karena begitu besar perjuangannya dalam menjaga amanah Allah SWT, agar kelak bisa menjadi hamba Allah SWT yang Sholeh ataupun Sholihah.

Saat aku hamil, tubuh menjadi lemas, kepala pusing terasa berkunang-kunang, rasa kantuk terus menyerang, tidak bisa bebas bergerak, frekuensi ke kamar mandi terus meningkat dibandingkan biasanya dan frekuensi makan juga meningkat demi pemenuhan kebutuhan gizi sang janin. Murrotal Al-Qur’an juga tersu kami perdengarkan agar kelak di dunia dia bisa mengamalkan Al-Qur’an dengan baik. Seiring bertambahnya usia kandungan, setiap bulannya pasti ada tantangannya sampai umur 9 bulan 10 hari, janin waktunya keluar, membuat tambah hebat sakitnya tubuh.

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapak, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu." ( QS. Al-Luqman : 14)

Ketika bayi sudah keluar, alangkah bahagianya kami, Alhamdulillah Allah SWT memberi kebahagiaan yang tiada tara pada Kami. Mungkin, ini juga yang dirasakan oleh kedua orang tuaku, saat mereka mendapatkan aku terlahir di dunia. Subhanallah Masya Allah, ketika suasana ini aku, tarik lagi kebelakang, aku menjadi kagum pada orang tuaku yang begitu hebat mendidik anak-anaknya sampai besar. Kebahagiaan ini, pasti tidak hanya orang tuaku saja yang merasakan, semua orang pasti merasakannya. Empat hari dirumah sakit, rasa bahagia terus mengahmpiriku, seolah-olah lupa dengan rasa sakit yang aku rasakan kemarin. Allah SWT mengganti kesusahan pada kami dengan kebahagiaan.
Anda-anda yang belum menikah, pasti asih membaca teori saja, namun kita bisa merasakan ini semua jika kita mau memposisikan diri kita menjadi orang tua kita, siang malam terus memperjuangkan hidup kita. Di dalam do’a-do’anya selalu memintakan kebahagiaan untuk kita, terkadang kita berbuat asusila pada orang tua kita dengan keadaan sadar maupun tidak.

Saat, anak saya rewel minta digendhong dan tidak mau turun, mengingat tubuhnya sudah berat, jika digendhong terlalu lama sungguh menyiksa pundak, maka saya teringat, apakah kita sebagai anak akan mampu menggendong orang tua kita, seperti kita dulu kalau rewel pada orang tua kita. Saya rasa tidak semua anak yang akan mampu menggendhong orang tuanya saat mereka sudah tidak mampu lagi berjalan. Ketika saya merasa direpotkan oleh anak kita, maka saya selalu memposisikan sebagai orang tuaku yang mengasuh aku, dengan tanpa lelah, maka aku bisa belajar bersabar dengan posisi itu, tentunya dengan niatan karena Allah SWT. Maka aku terus beristighfar, untuk meminta mapun pada Allah SWT, jikalau dahulu masih menjadi tanggungan orang tuaku dulu selalu membuat dosa pada orang tuaku.

"Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihinilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." ( QS. Al-Isra ( 17) : 24 )

Banyak hal di dalam kehidupan kita, sebagai bentuk terima kasih kita kepada orang tua kita, orang tua kita tidak sekedar butuh uang, tapi mereka juga butuh kasih sayang kita. Sama seperti anak kecil yang tidak butuh dengan uang kita, walaupun kita bekerja sampai tidak tidur, atpi mereka membutuhkan kasih sayang kita sebagai orang tua. Uang sangat penting dalam hidup kita, tapi lebih utama dan terpenting adalah kasih sayang orang tua terhadap anak.

Ketika anak-anak sudah beranjak dewasa,kemudian bekerja dan menikah yang memiliki keluarga sendiri. Saatnyalah orang orang tua kita membutuhkan kasih sayang kita, mereka ingin diperhatikan seperti dulu mereka memperhatikan kita. Jika kita bisa datang satu minggu sekali, menjenguk orang tua kita, maka saatnyalah kita curahkan sepenuhnya kasih sayang kita pada mereka. Mendengarkan curhatnya, memijat, menyapukan rumahnya, mencucikan bajunya atau mengerkana pekerjaan rumah yang tidak bisa setiap hari kita lakukan. Mereka akan cukup merasa bahagia dengan kedatangan kita, karena mereka merasa kita perhatikan.
Untuk melakukan birul walidain tidaklah sulit, semuanya bisa kita lakukan dengan niatan untuk beribadah kepada Allah SWT. Orang tua kita dulu, juga tidak pernah sulit dalam membahagiakan kita anak-anaknya, karena mereka juga berniat beribadah kepada Allah SWT. Jika sesuatu diniatkan beribadah kepada Allah SWT, maka semuanya akan terasa ringan, tidak ada yang berat, asalkan kita bisa selalu menjaga hati kita.
"Janganlah kamu mempersekutukan seseuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang tua ibu bapak, ( QS. Al-An'am : 151)

Raihlah kebahagian dunia akhirat dengan membahagiakan kedua orang tua kita, jika masih hidup berilah perhatian yang cukup, agar mereka tidak merasa kita sisihkan dari kehidupan kita, dan jika sudah meninggal do’akanlah mereka selalu dan sambunglah silaturahmi saudara, dan teman kedua orang tua kita. 
Wallahua’lam bishowab.



Tidak ada komentar: