Akhlak seorang Muslim merujuk pada dua sumber utama ajaran
Islam. Sumber pertama diterangkan oleh Aisyah binti Abu Bakar ketika ditanya
para sahabat tentang akhlak Rasulullah SAW.
Aisyah RA berujar, "Akhlak Rasulullah SAW adalah Al-Qur’an.” (HR. Ahmad).
Adapun sumber kedua adalah keteladanan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW kepada umatnya, sebagaimana ditegaskan oleh Allah SWT di dalam firman-Nya, "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab: 21).
Akhlak terhadap Sesama Manusia yang meliputi sasaran sebagai berikut.
a) Akhlak terhadap orang tua, seperti memelihara keridhaan orang tua. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, “Keridhaan Allah terhadap seseorang tergantung pada keridhaan kedua orang tuanya terhadapnya, dan kemurkaan Allah terhadapnya tergantung pada kemurkaan kedua orang tuanya terhadapnya.” (HR. At-Tirmizi, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim).
Berbakti kepada orang tua juga termasuk dalam akhlak seseorang kepada orang tuanya. Seperti menaati dan melayaninya. Berbakti kepada orang tua didahulukan atas berperang di jalan Allah SWT, sesuai dengan hadis Rasulullah SAW yang menceritakan tentang kedatangan seorang lelaki kepada Nabi SAW guna meminta izin untuk berperang.
Nabi SAW bertanya, “Apakah engkau mempunyai dua orang tua?” Lelaki itu menjawab, ”Ya.” Nabi SAW bersabda, “Maka berjihadlah dengan berbakti kepada mereka.” (HR. Bukhari).
Rasulullah SAW memberi tuntunan bahwa berbakti kepada ibu didahulukan atas berbakti kepada ayah. (HR. Bukhari dari Abu Hurairah).
Kemudian memelihara etiket pergaulan dengan kedua orang tua, seperti merendahkan diri dan berkata lemah lembut kepada mereka serta tidak menyakiti mereka, baik dengan perbuatan maupun perkataan.
Dasar etiket ini ialah firman Allah SWT, "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah. 'Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’.” (QS. Luqman: 23-24).
Aisyah RA berujar, "Akhlak Rasulullah SAW adalah Al-Qur’an.” (HR. Ahmad).
Adapun sumber kedua adalah keteladanan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW kepada umatnya, sebagaimana ditegaskan oleh Allah SWT di dalam firman-Nya, "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab: 21).
Akhlak terhadap Sesama Manusia yang meliputi sasaran sebagai berikut.
a) Akhlak terhadap orang tua, seperti memelihara keridhaan orang tua. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, “Keridhaan Allah terhadap seseorang tergantung pada keridhaan kedua orang tuanya terhadapnya, dan kemurkaan Allah terhadapnya tergantung pada kemurkaan kedua orang tuanya terhadapnya.” (HR. At-Tirmizi, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim).
Berbakti kepada orang tua juga termasuk dalam akhlak seseorang kepada orang tuanya. Seperti menaati dan melayaninya. Berbakti kepada orang tua didahulukan atas berperang di jalan Allah SWT, sesuai dengan hadis Rasulullah SAW yang menceritakan tentang kedatangan seorang lelaki kepada Nabi SAW guna meminta izin untuk berperang.
Nabi SAW bertanya, “Apakah engkau mempunyai dua orang tua?” Lelaki itu menjawab, ”Ya.” Nabi SAW bersabda, “Maka berjihadlah dengan berbakti kepada mereka.” (HR. Bukhari).
Rasulullah SAW memberi tuntunan bahwa berbakti kepada ibu didahulukan atas berbakti kepada ayah. (HR. Bukhari dari Abu Hurairah).
Kemudian memelihara etiket pergaulan dengan kedua orang tua, seperti merendahkan diri dan berkata lemah lembut kepada mereka serta tidak menyakiti mereka, baik dengan perbuatan maupun perkataan.
Dasar etiket ini ialah firman Allah SWT, "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah. 'Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’.” (QS. Luqman: 23-24).
Al Birr yaitu kebaikan, berdasarkan sabda Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wassallam (artinya) :
“Al Birr adalah baiknya akhlaq”. (Diriwayatkan oleh
Muslim dalam Shahihnya Nomor 1794).
Al Birr merupakan haq kedua orang tua dan kerabat dekat,
lawan dari Al ‘Uquuq yaitu kejelekan dan menyia-nyiakan haq..
“Al Birr adalah mentaati kedua orang tua didalam semua
apa yang mereka perintahkan kepada engkau, selama tidak bermaksiat kepada
Allah, dan Al ‘Uquuq dan menjauhi mereka dan tidak berbuat baik kepadanya.” (Disebutkan
dalam kitab Ad Durul Mantsur 5/259)
Berkata Urwah bin Zubair mudah-mudahan Allah meridhoi
mereka berdua tentang firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala (artinya) :
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan.” (QS. Al Isra’ : 24)
Yaitu: “Jangan sampai mereka berdua tidak ditaati
sedikitpun”. (Ad Darul Mantsur 5/259)
Berkata Imam Al Qurtubi mudah-mudahan Allah merahmatinya
:
“Termasuk
‘Uquuq (durhaka) kepada orang tua adalah menyelisihi/ menentang
keinginan-keinginan mereka dari (perkara-perkara) yang mubah, sebagaimana Al
Birr (berbakti) kepada keduanya adalah memenuhi apa yang menjadi keinginan
mereka. Oleh karena itu, apabila salah satu atau keduanya memerintahkan
sesuatu, wajib engkau mentaatinya selama hal itu bukan perkara maksiat,
walaupun apa yang mereka perintahkan bukan perkara wajib tapi mubah pada
asalnya, demikian pula apabila apa yang mereka perintahkan adalah perkara yang
mandub (disukai/ disunnahkan).
(Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an Jil 6 hal 238).
(Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an Jil 6 hal 238).
Berkata Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah mudah-mudahan Allah
merahmatinya:
Berkata Abu Bakr di dalam kitab
Zaadul Musaafir “Barangsiapa yang menyebabkan kedua orang tuanya marah dan
menangis, maka dia harus mengembalikan keduanya agar dia bisa tertawa (senang)
kembali”. (Ghadzaul Al Baab 1/382).
Hukum Birrul
Walidain
Para Ulama’ Islam sepakat bahwa hukum berbuat baik
(berbakti) pada kedua orang tua hukumnya adalah wajib, hanya saja mereka
berselisih tentang ibarat-ibarat (contoh pengamalan) nya.
Berkata Ibnu Hazm, mudah-mudahan Allah merahmatinya.
“Birul Walidain adalah fardhu (wajib bagi masing-masing
individu). Berkat beliau dalam kitab Al Adabul Kubra: Berkata Al Qodli Iyyad:
“Birrul walidain adalah wajib pada selain perkara yang haram.” (Ghdzaul Al
Baab 1/382)
Dalil-dalil Shahih dan Sharih (jelas) yang mereka gunakan
banyak sekali, diantaranya:
1. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala
(artinya) :
“Sembahlah Allah dan jangan kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua Ibu Bapak”.
(An Nisa’ : 36).
(An Nisa’ : 36).
Dalam ayat ini (berbuat baik kepada Ibu Bapak) merupakan
perintah, dan perintah disini menunjukkan kewajiban, khususnya, karena terletak
setelah perintah untuk beribadah dan meng-Esa-kan (tidak mempersekutukan)
Allah, serta tidak didapatinya perubahan (kalimat dalam ayat tersebut) dari
perintah ini. (Al Adaabusy Syar’iyyah 1/434).
2. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala (artinya) :
“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya”.
(QS. Al Isra’: 23).
(QS. Al Isra’: 23).
Adapun makna ( qadhoo ) = Berkata Ibnu Katsir : yakni,
mewasiatkan. Berkata Al Qurthubiy : yakni, memerintahkan, menetapkan dan
mewajibkan. Berkata Asy Syaukaniy: “Allah memerintahkan untuk berbuat baik pada
kedua orang tua seiring dengan perintah untuk mentauhidkan dan beribadah
kepada-Nya, ini pemberitahuan tentang betapa besar haq mereka berdua, sedangkan
membantu urusan-urusan (pekerjaan) mereka, maka ini adalah perkara yang tidak
bersembunyi lagi (perintahnya). (Fathul Qodiir 3/218).
3. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala
(artinya) :
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada dua orang Ibu Bapanya, Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Maka bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada kedua orang Ibu Bapakmu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu.” (QS. Luqman
: 14).
Berkata Ibnu Abbas mudah-mudahan Allah meridhoi mereka
berdua “Tiga ayat dalam Al Qur’an yang saling berkaitan dimana tidak diterima
salah satu tanpa yang lainnya, kemudian Allah menyebutkan diantaranya firman
Allah Subhanahu Wa Ta’ala (artinya) :
“Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang Ibu
Bapakmu”, Berkata beliau. “Maka, barangsiapa yang bersyukur kepada Allah akan
tetapi dia tidak bersyukur pada kedua Ibu Bapaknya, tidak akan diterima (rasa
syukurnya) dengan sebab itu.”
(Al Kabaair milik Imam Adz Dzahabi hal 40).
Berkaitan dengan ini, Rasulullah Shalallahu’Alaihi Wassallam
bersabda (artinya) :
“Keridhaan Rabb (Allah) ada pada keridhaan orang tua dan
kemurkaan Rabb (Allah) ada pada kemurkaan orang tua” (Riwayat Tirmidzi dalam Jami’nya
(1/ 346), Hadits ini Shohih, lihat Silsilah Al Hadits Ash Shahiihah No. 516).
4. Hadits Al Mughirah bin Syu’bah –
mudah-mudahan Allah meridhainya, dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam beliau
bersabda(artinya) :“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian mendurhakai para Ibu, mengubur hidup-hidup anak perempuan, dan tidak mau memberi tetapi meminta-minta (bakhil) dan Allah membenci atas kalian (mengatakan) katanya si fulan begini si fulan berkata begitu (tanpa diteliti terlebih dahulu), banyak bertanya (yang tidak bermanfaat), dan membuang-buang harta”. (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam S