Senin, 20 Februari 2012

DERITA RAKYAT BUKANLAH DERITA PEMIMPINNYA

"INSYAFNYA SANG KORUPTOR", Kalau tidak salah tema diskusi tadi malam di acara "sentilan sentulan" yang disiarkan salah satu televisi. tentu judul yang menarik bukan, bahkan menegangkan bagi para koruptor yang belum insyaf. beliau bercerita bahwa dahulu tahun 1999, ketika menjadi anggota dewan habisnya Rp. 17.000.000,- (tujuh belas juta rupiah), Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) dari calon anggota DPR dan selebihnya dibayar partai.

Pada tahun 2004, untuk menjadi anggota DPR membutuhkan kurang lebih 200 juta dari kantongnya sendiri. Pada tahun 2009, banyak yang menghabiskan uangnya lebih dari 1 milyar untuk menjadi seorang anggota dewan. Betapa susahnya untuk menjadi anggota dewan dengan masa jabatan hanya 5 tahun, bisa menghabiskan milyaran rupiah.

Kursi dewan diperebutkan, seperti kursi CPNS. Mereka berlomba-lomba ingin menyejahterakan hidupnya lewat jalan apapun. Apa hebatnyasih, menjadi anggota dewan. Saya menjadi berfikir, mereka hanya memikirkan nasibnya sendiri, ketika sudah menajdi anggota dewan, sedikit-dikit minta anggaran dana yang cukup meroket. Anggota DPR sudah digaji perbulannya 50 jt, masih minta fasilitas laptop, kamar mandi mewah, tempat spa. Layakkah mereka disebut pemimpin sejati.

Pemimpin sejati adalah mereka-mereka yang memperjuangkan hak-hak rakyatnya atau anak buahnya. Mereka tidak akan makan dan minum sebelum tau anak buahnya sudah selesai makan minum. tentunya ada, tetapi mayoritas dinegeri kita tercinta ini, masih hitungan jari. Banyak pemimpin yang lupa dengan jati dirinya dan tujuannya dijadikan pemimpin. Siapakah dirinya, apakah agamanya, berpendidikan ataukah tidak?, masih ingatkah janji-janji yang mereka umbar-umbar saat berkampanye dulu. tentu mereka sudah lupa, karena terlena dengan milyaran rupiah, tanpa bekerja sudah dapat gaji.

Apakah lembaga ini harus dibubarkan. Mengingat kinerja mereka yang tidak bagus, tidak sesuai dengan pancasila ataukah para koruptor harus dihukum mati, agar tidak ada koruptor lagi. Masalahnya penegakan hukum di indonesia sangatlah lemah. Maling ayam digebukin sampai hancur, maling uang rakyat sampai milyaran rupiah tidak ada yang memukuli sampai hancur. Kalau para penegak hukum tidak bisa diandalkan, maka tidak salah orang-orang yang memakai jasa para bodyguard.

Munculnya kasus John Kei saat ini, menjadi tolak ukur bahwa para preman lebih layak daripada para polisi untuk menegakkan hukumnya di negeri ini. Pihak kepolisian berkomitmen akan memerangi para preman-preman, tetapi jika dibayar uang lebih, maka tidak usah diperangi. Masyarakatpun bertanya-tanya, apakah para penegak hukum itu bekerja dengan sungguh-sungguh atau mereka hanya manusia-manusia yang dipermainkan oleh pejabat-pejabat yang berduit.

Kasus terbunuhnya Munir, seorang pegiat HAM, masih banyak kasus-kasus lain yang bisa diambil contoh, bahwa penegakan hukum di Indonesia tidak pernah adil. Namun mereka lupa, bahwa masih ada penegak hukum yang Maha Adil dari segala-galanya yaitu Allah SWT.

Tidak ada komentar: