Senin, 17 Desember 2012

Sudahkah Keluarga Indonesia Bahagia dan Sejahtera ?


Tanggal 29 Juni  tahun ini, Indonesia kembali memperingati Hari Keluarga. Peringatan ini menjadi moment pemerintah untuk kembali menggalakan dan meneguhkan komitmen berbagai pihak dalam menyukseskan kebijakan pemerintah –dalam hal ini BKKBN—untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga Indonesia. Sebagaimana tercermin dalam tema Hari Keluarga tahun ini ‘Keluarga Bahagia dan Sejahtera, Keluarga Tangguh dan Mandiri’

Momen Hari Keluarga ini kita mari gunakan untuk melihat lebih dekat kondisi keluarga di Indonesia. Sekaligus mencari solusi terbaik bagi terwujudnya kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga di Indonesia.
Pertanyaannya, sudahkah Keluarga Indonesia bahagia dan sejahtera? Sudahkah Keluarga Indonesia menjadi keluarga yang tangguh dan mandiri?
Keluarga Indonesia  masih banyak berada dalam kemiskinan dan ketidaksejahteraan. Menurut pendataan Program Perlindungan Sosial tahun 2012 oleh Bappenas, sebanyak 74 juta jiwa terdiri dari 30 juta penduduk hampir miskin, 30 juta penduduk miskin, dan 14 juta jiwa sangat miskin (detik.com, 23/04/2012).Menyoal keluarga bahagia dan tangguh, kita bisa mengukur dari tingkat perceraian. Menurut data dari Badan Peradilan Agama (Badilag) yang disampaikan oleh Sekretaris Dirjen Badilag, tahun 2009 lalu, perkara perceraian yang diputus Pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah mencapai 223.371 perkara. Namun demikian, selama sembilan tahun terakhir, tiap tahun rata-rata terdapat 161.656 perceraian. (www.badilag.com,19/5/2012)
Selain itu, Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) berdasar pada data Kepolisian terdapat  143.586 kasus. Pada 2010 berjumlah 105.103 kasus. Memasuki 2011, kasus yang ada sebanyak 119.107 (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, www.republika.co.id, 29/06/ 2012)
Belum lagi jika melihat dari berbagai kasus yang menimpa keluarga Indonesia. Komnas Pendidikan Anak menyatakan sebanyak 62,7 persen remaja di Indonesia pernah melakukan hubungan layaknya suami istri. Sementara data dari BKKBN menyatakan sebanyak 51 persen remaja pernah melakukan seks bebas. Menurut data dari BNN dari tahun 2003 sampai 2010 terjadi kenaikan transaksi narkoba sebanyak 300 persen (di kalangan remaja) (ideguenews.blogspot.com/2012)
Kondisi ini tentu sangat mengkhawatirkan. Mengingat, Keluarga adalah institusi terkecil yang berkontribusi untuk kemajuan suatu negara. Jika Instutusi keluarga miskin, rusak, maka bayangkan bagaimana kondisi negaranya.
Tentu, semua kondisi di atas memiliki penyebabnya.
Pertama, terdapat upaya menjauhkan nilai-nilai agama dari kehidupan keluarga. Seperti memahamkan paham kebebasan, pluralisme, hedonisme, singgle parent, dll. Akibatnya, keluarga menjadi rapuh dari nilai iman dan takwa. Standar aktivitasnya bukan lagi standar benar salah menurut agama, tapi menurut hawa nafsu.
Kedua, menjadikan banyaknya materi sebagai standar kebahagiaan. Bagaimana saat ini orientasi Keluarga diarahkan hanya untuk materi. Orang tua sibuk mencari materi, sementara anak-anak terabaikan. Atau bahkan terjadi disfungsi peran suami Istri dalam keluarga, dimana istri malah berfungsi sebagai kepala keluarga karena istri yang mencari nafkah.
Ketiga, terjadi pemiskinan secara structural. Lapangan kerja sulit, apalagi untuk laki-laki, pelayanan kebutuhan pokok mahal, pelayanan fasilitas public pun sangat sulit. Negara tidak mampu mensejahterakan rakyatnya, karena SDA habis diberikan kepada asing, dan uang negara pun habis untuk membayar utang kepada negara lain.
Itulah buah racun dari pohon sistem kapitalisme sekularisme. Sistem yang memisahkan agama dari kehidupan dunia. Nilai-nilai agama dicampakan, diganti dengan aturan-aturan manusia yang egois dan merusak.

Padahal Allah SWT  telah memberikan seperangkat aturan yang lengkap untuk digunakan manusia  untuk seluruh aspek kehidupannya.  Islam telah memberikan gambaran yang paling indah mengenai keluarga yang bahagia. Dalam islam, Keluarga dibangun sesuai tujuan yang telah ditetapkan oleh syariat, yakni dalam rangka beribadah kepada Allah, menjaga kehormatan, melahirkan keturunan, dan mempererat silaturahmi.

Hakikat kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga dalam Islam bukanlah pada banyaknya materi, melainkan pada sejauh mana keluarga tersebut senantiasa terjaga dalam iman dan Taqwa kepada Allah SWT.

Islam pun telah memberikan proporsi tugas dan fungsi masing-masing anggota keluarga dengan adil agar tercipta keluarga yang harmonis, diliputi suasana iman dan takwa dan bahagia. Suami sebagai kepala keluarga, yang pemimpin kelurganya, dan yang wajib memberikan nafkah pada anak dan istrinya. Sementara Istri memiliki tugas utama sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Anak pun bertugas untuk berbuat baik kepada orang tuanya.

Tentu, gambaran indah ini tak mungkin terwujud, jika tidak ada peran negara. Negara yang dapat menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan, adalah negara yang menerapkan syariat islam dengan sempurna. Dengan Syariat Islam, Negara akan menjamin terpenuhinya kebahagiaan dan kesejahteraan rakyatnya dengan cara: Negara berkewajiban menyediakan Pendidikan yang mudah, murah, dan berkualitas, sehingga akan menghasilkan SDM keluarga yang sholeh dan tangguh. Negara berkewajiban menyediakan lapangan kerja bagi kepala keluarga untuk mencari nafkah. Negara  akan menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok keluarga (dari baitul mal) dan memberi kesempatan keluarga untuk meraih kebutuhan sekunder dan tersiernya (sejahtera).

Negara  pun akan bertindak tegas menghapus semua media dan penyebaran ide-ide yang bertentangan dengan nilai berkeluarga.

Maka, inilah saatnya, kita menyamakan langkah. Untuk berjuang untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah, melahirkan keturunan yang shaleh dan mandiri, sekalipun perjuangan terasa berat, tapi buahnya manis di dunia dan membahagiakan di akhirat.

Dan yang paling penting, mari semua elemen umat islam sama-sama berjuang dengan segenap potensi SDM dan potensi yang dimiliki untuk mencampakan sistem sekuler dengan menerapkan syari’ah sehingga akan terwujud keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Itulah buah racun dari pohon sistem kapitalisme sekularisme. Sistem yang memisahkan agama dari kehidupan dunia. Nilai-nilai agama dicampakan, diganti dengan aturan-aturan manusia yang egois dan merusak.
Padahal Allah SWT  telah memberikan seperangkat aturan yang lengkap untuk digunakan manusia  untuk seluruh aspek kehidupannya.  Islam telah memberikan gambaran yang paling indah mengenai keluarga yang bahagia. Dalam islam, Keluarga dibangun sesuai tujuan yang telah ditetapkan oleh syariat, yakni dalam rangka beribadah kepada Allah, menjaga kehormatan, melahirkan keturunan, dan mempererat silaturahmi.

Hakikat kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga dalam Islam bukanlah pada banyaknya materi, melainkan pada sejauh mana keluarga tersebut senantiasa terjaga dalam iman dan Taqwa kepada Allah SWT.

Islam pun telah memberikan proporsi tugas dan fungsi masing-masing anggota keluarga dengan adil agar tercipta keluarga yang harmonis, diliputi suasana iman dan takwa dan bahagia. Suami sebagai kepala keluarga, yang pemimpin kelurganya, dan yang wajib memberikan nafkah pada anak dan istrinya. Sementara Istri memiliki tugas utama sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Anak pun bertugas untuk berbuat baik kepada orang tuanya.

Tentu, gambaran indah ini tak mungkin terwujud, jika tidak ada peran negara. Negara yang dapat menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan, adalah negara yang menerapkan syariat islam dengan sempurna. Dengan Syariat Islam, Negara akan menjamin terpenuhinya kebahagiaan dan kesejahteraan rakyatnya dengan cara: Negara berkewajiban menyediakan Pendidikan yang mudah, murah, dan berkualitas, sehingga akan menghasilkan SDM keluarga yang sholeh dan tangguh. Negara berkewajiban menyediakan lapangan kerja bagi kepala keluarga untuk mencari nafkah. Negara  akan menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok keluarga (dari baitul mal) dan memberi kesempatan keluarga untuk meraih kebutuhan sekunder dan tersiernya (sejahtera).

Negara  pun akan bertindak tegas menghapus semua media dan penyebaran ide-ide yang bertentangan dengan nilai berkeluarga.

Maka, inilah saatnya, kita menyamakan langkah. Untuk berjuang untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah, melahirkan keturunan yang shaleh dan mandiri, sekalipun perjuangan terasa berat, tapi buahnya manis di dunia dan membahagiakan di akhirat.

Dan yang paling penting, mari semua elemen umat islam sama-sama berjuang dengan segenap potensi SDM dan potensi yang dimiliki untuk mencampakan sistem sekuler dengan menerapkan syari’ah sehingga akan terwujud keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Padahal Allah SWT  telah memberikan seperangkat aturan yang lengkap untuk digunakan manusia  untuk seluruh aspek kehidupannya.  Islam telah memberikan gambaran yang paling indah mengenai keluarga yang bahagia. Dalam islam, Keluarga dibangun sesuai tujuan yang telah ditetapkan oleh syariat, yakni dalam rangka beribadah kepada Allah, menjaga kehormatan, melahirkan keturunan, dan mempererat silaturahmi.
Hakikat kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga dalam Islam bukanlah pada banyaknya materi, melainkan pada sejauh mana keluarga tersebut senantiasa terjaga dalam iman dan Taqwa kepada Allah SWT.

Islam pun telah memberikan proporsi tugas dan fungsi masing-masing anggota keluarga dengan adil agar tercipta keluarga yang harmonis, diliputi suasana iman dan takwa dan bahagia. Suami sebagai kepala keluarga, yang pemimpin kelurganya, dan yang wajib memberikan nafkah pada anak dan istrinya. Sementara Istri memiliki tugas utama sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Anak pun bertugas untuk berbuat baik kepada orang tuanya.

Tentu, gambaran indah ini tak mungkin terwujud, jika tidak ada peran negara. Negara yang dapat menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan, adalah negara yang menerapkan syariat islam dengan sempurna. Dengan Syariat Islam, Negara akan menjamin terpenuhinya kebahagiaan dan kesejahteraan rakyatnya dengan cara: Negara berkewajiban menyediakan Pendidikan yang mudah, murah, dan berkualitas, sehingga akan menghasilkan SDM keluarga yang sholeh dan tangguh. Negara berkewajiban menyediakan lapangan kerja bagi kepala keluarga untuk mencari nafkah. Negara  akan menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok keluarga (dari baitul mal) dan memberi kesempatan keluarga untuk meraih kebutuhan sekunder dan tersiernya (sejahtera).

Negara  pun akan bertindak tegas menghapus semua media dan penyebaran ide-ide yang bertentangan dengan nilai berkeluarga.

Maka, inilah saatnya, kita menyamakan langkah. Untuk berjuang untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah, melahirkan keturunan yang shaleh dan mandiri, sekalipun perjuangan terasa berat, tapi buahnya manis di dunia dan membahagiakan di akhirat.

Dan yang paling penting, mari semua elemen umat islam sama-sama berjuang dengan segenap potensi SDM dan potensi yang dimiliki untuk mencampakan sistem sekuler dengan menerapkan syari’ah sehingga akan terwujud keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Hakikat kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga dalam Islam bukanlah pada banyaknya materi, melainkan pada sejauh mana keluarga tersebut senantiasa terjaga dalam iman dan Taqwa kepada Allah SWT.
Islam pun telah memberikan proporsi tugas dan fungsi masing-masing anggota keluarga dengan adil agar tercipta keluarga yang harmonis, diliputi suasana iman dan takwa dan bahagia. Suami sebagai kepala keluarga, yang pemimpin kelurganya, dan yang wajib memberikan nafkah pada anak dan istrinya. Sementara Istri memiliki tugas utama sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Anak pun bertugas untuk berbuat baik kepada orang tuanya.

Tentu, gambaran indah ini tak mungkin terwujud, jika tidak ada peran negara. Negara yang dapat menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan, adalah negara yang menerapkan syariat islam dengan sempurna. Dengan Syariat Islam, Negara akan menjamin terpenuhinya kebahagiaan dan kesejahteraan rakyatnya dengan cara: Negara berkewajiban menyediakan Pendidikan yang mudah, murah, dan berkualitas, sehingga akan menghasilkan SDM keluarga yang sholeh dan tangguh. Negara berkewajiban menyediakan lapangan kerja bagi kepala keluarga untuk mencari nafkah. Negara  akan menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok keluarga (dari baitul mal) dan memberi kesempatan keluarga untuk meraih kebutuhan sekunder dan tersiernya (sejahtera).

Negara  pun akan bertindak tegas menghapus semua media dan penyebaran ide-ide yang bertentangan dengan nilai berkeluarga.

Maka, inilah saatnya, kita menyamakan langkah. Untuk berjuang untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah, melahirkan keturunan yang shaleh dan mandiri, sekalipun perjuangan terasa berat, tapi buahnya manis di dunia dan membahagiakan di akhirat.

Dan yang paling penting, mari semua elemen umat islam sama-sama berjuang dengan segenap potensi SDM dan potensi yang dimiliki untuk mencampakan sistem sekuler dengan menerapkan syari’ah sehingga akan terwujud keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Islam pun telah memberikan proporsi tugas dan fungsi masing-masing anggota keluarga dengan adil agar tercipta keluarga yang harmonis, diliputi suasana iman dan takwa dan bahagia. Suami sebagai kepala keluarga, yang pemimpin kelurganya, dan yang wajib memberikan nafkah pada anak dan istrinya. Sementara Istri memiliki tugas utama sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Anak pun bertugas untuk berbuat baik kepada orang tuanya.
Tentu, gambaran indah ini tak mungkin terwujud, jika tidak ada peran negara. Negara yang dapat menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan, adalah negara yang menerapkan syariat islam dengan sempurna. Dengan Syariat Islam, Negara akan menjamin terpenuhinya kebahagiaan dan kesejahteraan rakyatnya dengan cara: Negara berkewajiban menyediakan Pendidikan yang mudah, murah, dan berkualitas, sehingga akan menghasilkan SDM keluarga yang sholeh dan tangguh. Negara berkewajiban menyediakan lapangan kerja bagi kepala keluarga untuk mencari nafkah. Negara  akan menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok keluarga (dari baitul mal) dan memberi kesempatan keluarga untuk meraih kebutuhan sekunder dan tersiernya (sejahtera).

Negara  pun akan bertindak tegas menghapus semua media dan penyebaran ide-ide yang bertentangan dengan nilai berkeluarga.

Maka, inilah saatnya, kita menyamakan langkah. Untuk berjuang untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah, melahirkan keturunan yang shaleh dan mandiri, sekalipun perjuangan terasa berat, tapi buahnya manis di dunia dan membahagiakan di akhirat.

Dan yang paling penting, mari semua elemen umat islam sama-sama berjuang dengan segenap potensi SDM dan potensi yang dimiliki untuk mencampakan sistem sekuler dengan menerapkan syari’ah sehingga akan terwujud keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Tentu, gambaran indah ini tak mungkin terwujud, jika tidak ada peran negara. Negara yang dapat menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan, adalah negara yang menerapkan syariat islam dengan sempurna. Dengan Syariat Islam, Negara akan menjamin terpenuhinya kebahagiaan dan kesejahteraan rakyatnya dengan cara: Negara berkewajiban menyediakan Pendidikan yang mudah, murah, dan berkualitas, sehingga akan menghasilkan SDM keluarga yang sholeh dan tangguh. Negara berkewajiban menyediakan lapangan kerja bagi kepala keluarga untuk mencari nafkah. Negara  akan menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok keluarga (dari baitul mal) dan memberi kesempatan keluarga untuk meraih kebutuhan sekunder dan tersiernya (sejahtera).
Negara  pun akan bertindak tegas menghapus semua media dan penyebaran ide-ide yang bertentangan dengan nilai berkeluarga.

Maka, inilah saatnya, kita menyamakan langkah. Untuk berjuang untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah, melahirkan keturunan yang shaleh dan mandiri, sekalipun perjuangan terasa berat, tapi buahnya manis di dunia dan membahagiakan di akhirat.

Dan yang paling penting, mari semua elemen umat islam sama-sama berjuang dengan segenap potensi SDM dan potensi yang dimiliki untuk mencampakan sistem sekuler dengan menerapkan syari’ah sehingga akan terwujud keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Negara  pun akan bertindak tegas menghapus semua media dan penyebaran ide-ide yang bertentangan dengan nilai berkeluarga.
Maka, inilah saatnya, kita menyamakan langkah. Untuk berjuang untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah, melahirkan keturunan yang shaleh dan mandiri, sekalipun perjuangan terasa berat, tapi buahnya manis di dunia dan membahagiakan di akhirat.

Dan yang paling penting, mari semua elemen umat islam sama-sama berjuang dengan segenap potensi SDM dan potensi yang dimiliki untuk mencampakan sistem sekuler dengan menerapkan syari’ah sehingga akan terwujud keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Maka, inilah saatnya, kita menyamakan langkah. Untuk berjuang untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah, melahirkan keturunan yang shaleh dan mandiri, sekalipun perjuangan terasa berat, tapi buahnya manis di dunia dan membahagiakan di akhirat.
Dan yang paling penting, mari semua elemen umat islam sama-sama berjuang dengan segenap potensi SDM dan potensi yang dimiliki untuk mencampakan sistem sekuler dengan menerapkan syari’ah sehingga akan terwujud keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Dan yang paling penting, mari semua elemen umat islam sama-sama berjuang dengan segenap potensi SDM dan potensi yang dimiliki untuk mencampakan sistem sekuler dengan menerapkan syari’ah sehingga akan terwujud keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Keempat, Solusi yang keliru dan membawa masalah. Contohnya, untuk mengatasi penularan HIV AIDS dan aborsi, pemerintah melalui Menkes yang baru, mencanangkan Program Kondomisasi. Alih-alih akan mengatasi, justru akan semakin maraknya seks bebas dan kasus aborsi, karena kebijakan itu artinya sama dengan melegalkan seks bebas asal aman. 
Sumber : www.suara-islam.com

Tidak ada komentar: