Minggu, 23 November 2008

Global Warming


GLOBAL WARMING
Oleh: Fatimah Az-zahro

Sejak adanya tsunami yang merusak tatanan kota Nangro Aceh Darussalam, hampir di seluruh negeri Indonesia ini dilanda bencana, mulai dari gempa bumi, air laut yang naik ke daratan, banjir, tanah longsor dan bencana alam lainnya, dan bahkan kasus Lumpur Lapindo di kalim akibat bencana alam.
Kehidupan yang saat ini terasa mengerikan bagi orang-orang yang tak beriman. Banyak orang mengklaim, pemanasan global salah satunya diakibatkan olah gundulnya hutan Indonesia. Rusaknya hutan Indonesia adalah akibat ulah orang-orang yang tidak menyayangi tanaman dan manusia ainnya. Mereka hanya memikirkan dirinya sendiri, agar bisa hidup enak di duia fana ini. Akibat ketamakan sebagian manusia, beribu-ribu bahkan berjuta-juta orang dirugikan.
Seluruh manusia yang saat ini hidup, semuanya mengalami kebingungan. Apalagi ditambah dengan pemikiran-pemikiran ilmuwan yang sungguh menegangkan. Adanya global warming, mereka memprediksikan bahwa banyak bencana alam yang akan terjadi di belahan bumi manapun tak terkecuali di negeri kita tercinta juga mengalaminya.
Isu global warming ini, membawa berkah bagi kita karena dengan adanya isu ini 1) Semua orang berbondong-bondong untuk berhijrah menyayangi tanaman kembali dan menyadarkan kita baha kita benar-benar membutuhkan tanaman, untuk mendampingi kelangsungan hidup kita, karena bumi ini di desain begitu hebatnya yang selalu bergantung sama lainnya, tetapi kita sebagai manusia merusaknya dengan mudah.
Kita harus menyambut isu ini dengan pemikiran dan kegiatan yang positif sehingga dapat mendatangkan berkah bagi kita semua. Isu negatif dapat meningkatkan daya nalar kita sehingga membawa isu yang berdampak positif bagi pengembangan ilmu pengetahuab dan kesadaran untuk hidup sederhana.

Kemiskinan

KEMISKINAN

Oleh: Drs Nurdin Hasan M.Ag
Salah satu tantangan umat Islam saat ini adalah lemahnya ekonomi umat (Dla’fu al-iqtishadi). Kita sering mendengar dan membaca bahwa pada saat ini masih ada sekitar 27 juta penduduk Indonesia yang masih hidup dibawah garis kemiskinan. Dari jumlah itu mereka kebanyakan adalah umat Islam.
Mengapa umat Islam itu masih banyak fakir dan miskin, untuk menjawab itu kita melihat dari dua sisi, disatu sisi kita kembalikan pada fakir miskin itu sendiri mengapa mereka masih tetap hidup dalam kefakiran dan kemiskinan. Jawabannya adalah. Pertama, golongan fakir miskin tidak giat bekerja atau lemah etos kerjanya, memang jawaban ini ada benarnya karena penelitian yang dilakukan World Bank yang pernah diungkapkan Dr. Amin Rais bahwa dari 45 bangsa di dunia ternyata bangsa Indonesia tidak termasuk yang paling rajin. Dan dari yang paling malas, ternyata kita termasuk menduduki rangking ke-45. Kedua. Mereka cepat menyerah kepada apa yang terjadi ketentuan Allah nasib dan untung manusia itu telah ditentukan Allah sejak zaman azali mereka serba fatalis yaitu pasrah bongko tanpa ada upaya-upaya untuk merubah nasib, padahal Al-Qur’an telah memberikan informasi kepada kita bahwa Allah itu tidak merubah nasib suatu kaum apabila kaun itu tidak merubah nasibnya. Jadi adanya upaya atau ikhtiar dengan sungguh-sungguh, baru kita bertawakal kepada Allah.
Artinya: “Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka mau merubah nasibnya (QS. Arrad 11). .
Disisi lain jawaban terhadap sebab-sebab timbulnya kefakiran dan kemiskinan yang melanda umat harus dikembalikan Kepada para pemimpin yang memiliki kekuasaan menentukan kebijakan yang tentang ekonomi rakyat yang mensejahterakan rakyat ,akan tetapi kenyataan kita alami kebijakan-kebijakan yang sangat memberatkan kehidupan rakyat dan bangsa Indoensia, menaikan harga BBM yang akan berdampak pada kenaikan-kenaikan pada sektor yang lain, dimana-mana asa orang tua bunuh anaknya ada orang tua membunuh diri ,keadaan dan jeritan rakyat semacam ini tidak didengar oleh pemimpin kita, baik dari Presiden sampai kepada tingkat yang paling bawah,baik pimpinan legislatif (MPR) dan DPR semuanya menjadi pemimpin bukan meningkatkan kesejahteraan masyarakat akan tetapi justru menyengsarakan rakyat, mereka lebih banyak memperjuang perut mereka dari pada nasibn rakyat kecil,bantuan tunai langsung tidak mendidik ,membuat rakayat semakin sulit dalam hidup ini.
kepada si kaya sendiri, yaitu karena enggan dan kurang pedulinya mereka untuk mengeluarkan zakat, infaq dan shodaqoh meeka kepada kaum fakir dan miskin untuk membantu meringankan beban mereka, serta untuk meningkatkan taraf ekonomi mereka. Pertama mereka beralasan bahwa zaman modern sudah ada sistem pajak yang teratur, oleh karena itu sistem zakat, karena antara zakat dan pajak tidak sama. Pajak dikeluarkan untuk negara sebagai kewajiban seorang warga negara, sementara zakat adalah kewajiban seorang kaya kepada fakir dan miskin atau mereka takut jika harta yang dikeluarkan untuk membantu fakir miskin akan menjadi habis seperti pertimbangan sekuler.
Kedua, karena kriteria Islam atau tidaknya seseorang atau kualitas kesalehan hidup seseorang biasanya diukur dari segi kualitas ibadah syhasyiyahnya (kewajiban bersifat pribadi) dari pada ibadah Ijtima’iyah (kewajiban bersifat sosial). Dalam arti untuk menilai saleh/tidaknya seseorang, biasanya diukur dari segi ibadah shalatnya atau ibadah hajinya dari pada ibadah zakat dan kewajiban shodaqoh, infaq dan lainnya, sehingga tidak heran setiap tahun orang kaya berbondong-bondong mendaftarkan diri untuk menunaikan ibadah haji, bahkan ada yang menunaikan 4 sanpai 5 kali. Padahal jelas Allah mengingatkan kepada kita bahwa kita harus menjalin hubungan kita dengan Allah secara vertikal dan juga menjalin hubungan kita dengan sesama nanusia secara horizontal.
Ketiga, karena pengaruh globalisasi, sekulerisasi, hidonisme pandangan materialisme, individualisme, sehingga harta orang kaya itu hanya dipakai dan lebih diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan keluarga sebagai kesenangan pribadi dan sebagainya, sementara upaya untuk mengarahkan pada merentas kemiskinan diabaikan.
Keempat, barangkali kurang percayanya orang-orang kaya pada pengelola zakat maal, shodaqoh, dan infaq menyebabkan mereka enggan untuk mengeluarkan zakatnya. Zakat, infaq dan shodaqoh sebagai ibadah sosial dalam rangka atau sebagai implementasi keimanan seseorang.
Manusia itu adalah makhluk sosial, ia tidak bisa hidup sendiri saling membutuhkan. Keberhasilan seseorang karena berkat bantuan orang lain, keberhasilan seorang pejabat karena berkat bantuan orang tua, guru dan masyarakat,. atas dasar itulah, maka sudah selayaknya pemimpin hendaklah mememuhi janjinya dan berusaha hidup yang kana’ah,membuka lapangan kerja baru,gaji para pemimpin perlu ditinjau kembali dan harus menyisihkan sebagian hartanya untuk fakir dan miskin dalam bentuk zakat maal dikoordinir secara betul dan transparan,demikian juga orang-orang beriman yang kaya harus menyisihkan sebagian hartanya yang dititipkan Allah untuk disalurkan kepada fakir dan miskin, baik berupa zakat, shodaqoh, dan infaq, begitu juga orang-orang miskin,jangan tunggu bantuan dari orang lain saja, akan tetapi perlu ada usaha dan kerja keras agar supaya tidak selalu menggantungkan diri pada orang lain saja.

DOSA KOLEKTIF


DOSA KOLEKTIF

Bangsa Indonesia terkenal memiliki masyarakat yang ramah, baik hati, sopan dan tidak sombong sehingga untuk mengingatkan sesamanya selalu dengan kata-kata yang lembut dan menyenangkan jika didengar, tetapi itu dulu. Saat ini masih berlaku di dalam melakukan kejahatan/dosa tanpa mereka sadari, mereka telah melakukan dosa secara kolektif (bersama-sama).
Ironis kedengarannya, antara percaya dan tidak percaya, merasa tak melakukannya tetapi itulah kenyataan yang sedang terjadi di masyarakat kita. Apakah pembaca tidak percaya bahwa kita telah melakukan dosa sedara kolekif bahkan menjadi pelanggar hukum yang paling utama. Mari kita buktikan secara bersama-sama.
Semua orang sudah tahu, dan bukan bahan rahasia lagi bahwa untuk menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil), tidak hanya di beri tes tulis tetapi terdapat judi di sana, mengapa saya katakan judi karena siapapun orangnya yang bisa memberi uang suap terbesar maka itulah yang akan diterima tanpa harus melihat ia mampu atau tidak mengerjakan pekerjaannya. Namun, yang melakukan ajang perjudian ini tidak hanya satu dua orang, tetapi lebih dari itu, maka yang tidak punya uang lebih bersiap-siaplah untuk menjadi pengangguran. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian masyarakat kita sudah sakit, karena melanggar prosedur penerimaan PNS dan melanggar hukum secara bersama-sama. Semua ini terjadi hampir dari pimpinan tertinggi hingga terendah. Jadi jika anda bukan termasuk daftar orang kaya, jangan coba-coba menjadi PNS. Secara tidak langsung, masyarakat kita melegalkan aturan yang ilegal ini, karena ingin mendapat pekerjaan.
Untuk mengurus SIM (Surat Ijin Mengemudi) saja ada 2 jalur, jalur biasa dengan jalur luar biasa, perbedaannya adalah jalur biasa membayar Rp 100.000,- dengan melakukan tes tertulis dan praktek, kemudian jalur yang luar biasa membayar Rp. 250.000,- tanpa tes tulis maupun praktek, tinggal di foto dan menunggu 5 menit bisa langsung memiliki SIM. Anehnya, masyarakat kita menyetujui cara ilegal ini, walaupun mereka sangat jengkel dengan petugasnya. Bagi para petugasnya hati-hati uangnya tidak halal, dan tidak barokah untuk dibawa pulang, karena uang itu termasuk pungutan liar. Kita menyetujui kegiatan aturan ilegal tersebut, karena tidak mau dipersulit (maka hati-hatilah orang yang mempersulit orang lain, suatu saat pasti dipersulit juga).
Uraian di atas tersebut, baru dua contoh dosa kolektif yang kita lakukan secara akbar, belum dosa kolektif yang dilakukan oknum tertetntu, apakah bangsa kita benar-benar menjadi bangsa pendosa?, menurut saya hanya orang-orang yang hatinya bersih bisa menajwab pertanyaan ini dan menemukan soulisnya. Contoh-contoh dosa kolektif ini baru dari beberapa contoh, belum dari depatemen-departemen lainnya. Pada dasarnya, masyarakat kita sebenarnya resah dan bingung menjalani aturan-aturan di negara ini, mereka terpaksa hidup dengan aturan ilegal yang semua orang tahu bahwa aturan tersebut benar-benar aturan ilegal, tetapi sampai kapan?.
Jika tidak ada lagi orang yang memberi uang suap untuk menjadi PNS dan tidak ada lagi orang yang membayar biaya pembuatan SIM secara jalur luar biasa, maka para petugasnyapun tidak akan melakukannya. Aturan ilegal terlaksana, karena ada yang menyetujui dan menyepakatinya. Pejabat negara/pegawai negeri adalah pelayan masyarakat, bukan masyarakat yang melayani pegawai negeri.
Bagiamana dengan paparan tulisan ini, sudahkah kita tahu bahwa selama ini kita melanggar hukum secara kolektif, jadi jika kita menyalahkan kesalahan mutlak disebabkan oleh pemerintah itu adalah salah besar, tetapi kesalahan itu adalah kesalahan bersama. Jadi berhentilah untuk menyalahkan pemerintah atau siapapun marilah kita koreksi diri kita sendiri, sudah betulkah langkah yang kita lakukan dalam menegakkan keadilan di negeri tercinta ini.
Hukum dibuat, untuk ditaati, bukan untuk dilanggar. Oleh karena itu, marilah kita berbondong-bondong menuju hidup yang lebih bersih, lepaskan aturan-aturan ilegal yang menyiksa batin kita, tegakkan aturan legal setegak-tegakknya, maka kita akan memetik hasilnya. SMANGAT !!!