Sekilas dari wajah mbok tama terlihat
cantik dimasa mudanya, beliau memilih tinggal sendiri dibanding tinggal bersama
anak angkatnya, di tengah gelapnya dunia, karena dua mata yang dimiliki mbok
tama tidak lagi dapat berfungsi karena kekerasan suaminya kepadanya. Selama
pernikahannya, mbok tama tidak dikarunia seorang anak pun, akhirnya mbok tama
bersama suami memutuskan mengambil anak saudaranya untuk dipelihara.
Dimasa tuanya mbok tama memilih tinggal
sendiri di gubuk yang terbuat dari bambu beralaskan tanah, hampir hari-hari
hidupnya dihabiskan mbok tama di dalam kamar, kamar yang gelap tanpa sorotan
lampu walaupun siang hari, karena kedua mata mbok tama kalau kena sinar
matahari berlebihan terasa sakit. Rumahnya terlihat tertata rapi, karena setiap
pagi mbok suka beres-beres rumah.
Bertahun-tahun mbok tama merasakan
sakit dari kedua matanya, karena kedua bola matanya sudah diangkat oleh dokter,
namun tidak mengurangi rasa sakitnya, padahal sebelum operasi kedua bola
matanya diangkat untuk mengurangi rasa nyeri di sekitar bola matanya. Namun
rasa nyeri itu tidak kunjung hilang.
Akhir-akhir ini, mbok tama selalu
berada di dalam kamar, karena rasa nyeri pada kedua matanya datang secara
tiba-tiba dan kedua matanya terus mengeluarkan air mata, sambil berada diatas
ranjang di dalam kamar yang gelap, mbok tama merasakan sakit kedua matanya
sampai terasa di kepala, tidak jarang beliau berguling-guling sendiri diatas
kasur tanpa ada orang yang membantu menenangkannya.
“Assalamu’alaikum.” Kata mbak ima dari
luar rumah mbok
“Wa’alaikum salam, kamu siapa.” Tanya
mbok kepada mbak ima
“saya, ima mbok.”
“Orang mana?”
“Kemantren mbok.”
“Oh, saudaraku dari kemantren, ada
perlu apa nak kesini.”
“Ada titipan uang buat mbok dari
teman-teman.”
“Alhamdulillah, terima kasih ya nak.”
Sambil mencari-cari tangan mbak ima, tangan mbok tama meraba-raba letak tangan
mbak ima kemudian mbok tama menggenggam tangan mbak ima
Mbak ima mengetahui mbok tama dari guru
SD Negeri yang tidak jauh dari rumah mbok tama. Para guru SD tersebut biasanya
kerumah mbok untuk mengantar sedekah uang ke mbok tama, alhamdulillah tetangga
sekitar mbok tama banyak yang peduli dengan mbok tama.
“Mbok tinggal sendirian disini?”
“Iya nak, soalnya saya tidak enak kalau
hidup serumah dengan anak saya takut merepotkan, tapi tanah itu adalah tanah
anakku, aku dibuatkan rumah sederhana sama anakku, anakku jualan bakso,
sebenarnya anakku ingin membawa mbok pulang ke rumahnya tapi mbok tidak mau,
setiap pagi saya dikirimi nasi dan dibuatkan kopi, rumahnya tidak jauh dari
sini. Alhamdulillah tetangga di sekitar sini baik pada mbok, terkadang baju
mbok dicucikan, saluran lampu dan air yang mengalir ke rumah mbok dari tetangga
sebelah. Jika anak mbok telat ngirim makanan, tetangga mbok yang memberi makan
mbok.
“Mbok buta sejak lahir? Tanya mbak ima
pada mbok
“Tidak nak, Dulu saya bisa melihat,
tapi karena sering dipukul oleh suami saya di daerah wajah, sampai terlihat biru semua
mata saya dan terkadang sampai berdarah, perlakuan itu sering terjadi pada saya
nak.”
“Mata saya sering terluka dan terinfeksi,
karena sering terkena benturan keras dari pukulan suami saya dan sering
terinfeksi, kepala saya jadi sering pusing. Ketika dibawa ke dokter, dokter
memutuskan mengangkat bola mata saya, agar rasa nyerinya hilang tapi sampai
saat ini, rasa nyerinya kadang-kadang datang, dan itu membuatku tersiksa.”
Coba pegang pipi saya nak.” Tangan mbok
tama mengambil tangan mbak ima untuk ditempelkan di pipinya mbok tama.
“Lho, iniloh nak, sakitnya tidak
hilang-hlang jadinya air mata saya terus mengalir, sampai kedua kelopak mata
saya hampir menempel, dulu sudah pernah dibawa ke dokter dan dibersihkan oleh
dokter, tapi belum sembuh juga.
Suami saya seorang pencemburu berat,
saat suami saya masih hidup, suami saya selalu marah setiap kali saya pulang
dari pasar, pasti saya dihajar, katanya saya selingkuh dengan orang lain,
daerah mata saya terkadang sampai berdarah. Anak angkat saya sampai ketakutan
dengan tingkah laku bapaknya, terkadang sembunyi dibelakang badanku, mau
membela saya tidak berani, karena bapaknya marah besar. Hampir setiap hari,
saya berada di rumah karena takut suami saya marah, terkadang saya mencuri-curi
waktu untuk keluar rumah membeli sesuatu karena saya harus membuatkan makanan
untuk anak saya, saya tidak tau kenapa suami saya kalau marah seperti orang
kesetanan, sehingga merugikan saya.
“Astaghfirullah, yang sabar ya mbok,
semoga dengan sakitnya mbok, Allah mengangkat dosa-dosa mbok. Aamiinn..
Hampir setiap bulan, mbak ima
kerumahnya mbok tama untuk menyalurkan uang sedekah dari para donatur, karena
mbak ima sering mencarikan donatur untuk para janda tua yang hidup sendirian
tanpa sanak saudara bersamanya.
Seiring berjalannya waktu, hampir satu
tahhun mbak ima menyalurkan uang ke mbok tama, dan mbok tama sering kehilangan
uang di dalam kamarnya, maklum mbok tama tidak bisa melihat jadi tidak tau
siapa yang mengambil uang mbok tama.
Saat akan menyalurkan uang ke mbok
tama, ternyata mbok tama tidak lagi berada di rumah yang biasanya dikunjungi
mbak ima, mbak ima mengira mbok tama meninggal karena rumahnya sudah
dirobohkan. Sambil berpikir kira-kira mbok tama kemana, akhirnya mbak ima
menanyakan kabar mbok di tetangga depan rumah mbok.
“Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikum salam, iya bu cari siapa?”
“bu, mau numpang tanya, mbok tama
sekarang tinggal dimana?”
“Tinggal di rumah anaknya bu, dari sini
ibu lurus saja kemudian ibu tanya lagi disana, rumahnya ada gerobak baksonya
bu, anaknya namanya senan.”
“Terima kasih ya bu, Assalamu’alaikum”
“Iya bu, wa’alaikum salam.”
Mbak ima bersama suami dan anak
balitanya menaiki sepeda motor untuk mencari rumah anak mbok tama.
“Mohon maaf pak, rumah pak senan dimana
ya pak.”
“Itu loh bu, rumah berwarna biru ada
gerobak baksonya.”
“terima kasih pak.”
“Iya bu, sama-sama.”
Mbak ima berjalan sesuai arahan para
tetangga mbok tama dan akhirnya mbak ima menemukan rumah yang dimaksud para
tetangga mbok tama.
“Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikum salam’ mau cari siapa bu?”
“Mbok tamanya ada bu?”
“Ada bu, ibu siapa?”
“Saya ima dari kematren bu, biasanya saya
ke rumah mbok tama yang diseberang jalan sana, tapi mbok tama tidak disana dan rumahnya
sudah dibongkar, jadinya saya tanya tetangga sekitar rumah mbok kemarin, karena
saya bingung mencari mbok tama, saya lihat rumahnya sudah dirobohkan.
“Iya bu, sudah hampir satu bulan mbok
tama kami bawa pulang ke sini, kasihan tidak ada yang ngurusin terkadang mbok
keras kepala kalau diajak pindah kesini, karena kondisinya akhir-akhir ini
sering sakit, jadi kami ajak kesini agar bisa kami rawat, alhamdulillah mbok tama
mau dan kalau disana uang yang diberi orang-orang sering hilang. Mbok tama
punya anak takutnya orang-orang marah kepada kami, punya orang tua tidak
dirawat, akhirnya kami boyong kesini bu.” Menantu mbok tama menjelaskan panjang
lebar kenapa mbok tama di bawa pulang ke rumah anaknya.
“Alhamdulillah ya bu, lebih enakan begini, kasihan kalau
sendirian, tidak ada yang ngajak bicara, jadinya sering ngelamun nanti.
Mudah-mudahan mbok tama,bahagia tinggal disini. Kata mbak ima keapda anaknya
“Mbok, Mbok ini loh ada tamu dari
kemantren.”
“Siapa bnak, saudaraku dari kemantren?”
“Iya Mbok.”
Mbok yang semula berada di kamar keluar
dari kamarnya dengan langkah yang agak berat, karena sudah sepuh kakinya agak
berat untuk digunakan berjalan, badannya yang kurus terkadang saat saya pegang
karena terlalu banyak berdiam diri diatas kasur, daerah pinggangnya terasa
nyeri saat dipegang orang lain, pernah mbak ima tidak sengaja memegang bagian
pinggangnya dan mbok berteriak kesakitan, sambil berkata
“Jangan dipegang keras-keras, punggung
saya sakit!”
“Astaghfirullah, maaf ya mbok, tidak
sengaja.”
“Iya nak tidak apa-apa, badan saya
terasa nyeri jika dipegang.”
“Iya mbak, mbok sudah lama mengalami
hal ini, hampir seluruh badannya saat disentuh selalu teriak kesakitan.
“Ini ada titipan uang mbok dari teman
saya, mudah-mudahan barokah ya mbok.”
“Saya do’akan diluaskan rejekinya oleh
Allah.”
“Aamiinn...”
“Saya langsung pamit ya mbok, sudah mau
maghrib.”
“Kok buru-buru nak?”
“Iya mbok, saya merasa senang mbok
tinggal disini, ada yang merawat mbok.”
“Iya nak, saya juga senang tinggal
disini banyak temannya.
“Alhamdulillah kalau begitu mbok.”
“Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikum salam.”